Label

7.11.11

SUMPAH PEMUDA, BUKAN CUMA SUMPAHNYA PARA PEMUDA LOH !


Peristiwa sejarah delapan puluh tiga tahun silam tentang Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 merupakan suatu pengakuan tekad dari Pemuda Pemudi Indonesia untuk menyatukan tanah air, satu bangsa dan satu bahasa


Definisi Pemuda

Berbagai definisi pernah mengemuka dan tercatat apik tentang pemuda, ditinjau dari segi fisik dan psikis, pemuda sering dikaitkan dengan usia produktif atau semangat yang menggelora.

Princeton mendefinisikan kata pemuda (youth) dalam kamus Webstersnya: “The time of life between childhood and maturity, early maturity. The state of being young or immature or inexperienced, the freshness and vitality characteristic of a young person”. World Health Organization (WHO) menggolongkan usia 10-24 tahun sebagai young people, remaja (adolescence) berusia 10-19 tahun. Di Kanada justru menerapkan: “After age 24, youth are no longer eligible for adolescent social services”.

Dalam bahasa Al-Qur’an pemuda diterjemahkan dalam konteks sifat dan sikap. Pemuda dinilai memiliki standar moralitas (iman), berwawasan, optimis dan teguh dalam pendirian serta konsisten dalam perkataan. Kisah Ash-habul Kahfi, disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai pemuda-pemuda yang optimis, teguh dalam pendirian dan konsisten dalam perkataan (QS.Al-Kahfi:13-14). Pemuda juga digambarkan sebagai sosok yang tidak kenal putus asa, pantang menyerah apalagi mundur sebelum mencapai cita-cita seperti diperankan pemuda (Nabi) Musa kepada muridnya (QS.Al-Kahfi:60).

Pemuda Lupa Amanah

Kalau kita kembali mengingat secara garis besar amanah Sumpah Pemuda, satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yang bernama Indonesia, tentu sudah terjadi kepunahan. Lahirnya kelompok-kelompok massa kepemudaan berbasis suku, justru menjadi pemicu perpecahan.

Tak jarang kita mendengar perang antar suku, bentrokan antar ormas yang pemicunya hanyalah perebutan daerah kekuasaan atau hal-hal yang dianggap sepele lainnya. Belum lagi bentrokan antar pelajar yang dari hari kehari terus menghiasi pemberitaan media. Sampai hal yang paling memalukan, bentrokan antar mahasiswa.

Sungguh ironis, ironis dikala mengingat sejarah yang ada delapan puluh tiga tahun silam. Pemuda dari berbagai suku dan etnis bersatu melawan penjajah demi mencapai kemerdekaan Indonesia. Para pemuda turun ke medan perang melawan penjajahan, baik dengan pemikiran mau pun dengan mengorbankan darahnya.

Dengan bergesernya perubahan masa dan waktu, lalu apa yang harus diperjuangan pemuda saat ini hingga dunia hancur punah?

Pemuda harus mempertahankan tanah air dan bangsa. Tak hanya mempertahankan dalam arti menjaga kedaulatan NKRI dengan tenaga dan darah melalui peperangan antar Negara, tetapi bersatu, berangkulan, bersama-sama meningkatkan perekonomian dan pendidikan, menjaga marwah bangsa juga termasuk dalam mempertahankan tanah air dan bangsa.

Betul bila dikatakan masih banyak kemiskinan di Indonesia, tapi apakah pemuda Indonesia harus ikutan merengek-rengek atas kemiskinan?

Tentu tidak, sebahagian pemuda Indonesia justru berperang melawan kemiskinan dan keterpurukan dunia pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar